Ms. Chilly has found her soul mate and say bye to me :(
but, I also found mine :)
Showing posts with label just a. Show all posts
Showing posts with label just a. Show all posts
Wednesday, October 20, 2010
Thursday, October 14, 2010
Love Sonnet XVII
I do not love you as if you were a salt rose, or topaz
or the arrow of carnations the fire shoots off.
I love you as certain dark things are to be loved,
in secret, between the shadow and the soul.
I love you as the plant that never blooms
but carries in itself the light of hidden flowers;
thanks to your love a certain solid fragrance,
risen from the earth, lives darkly in my body.
I love you without knowing how, or when, or from where.
I love you straightforwardly, without complexities or pride;
So I love you because I know no other way
than this: where I does not exist, nor you,
so close that your hand on my chest is my hand,
so close that your eyes close as I fall asleep.
-Pablo Neruda-
Thamrin, 14.10.2010
dipersembahkan untuk kamu karena aku memang tidak berbakat mengumbar gombal.
Labels:
just a,
pink stories
Wednesday, October 6, 2010
memilih untuk MEMILIH!
“KAPAN NIKAH???”
“UDAH, JANGAN MILIH-MILIH LAH!!!”
“JANGAN LAMA-LAMA!!!!”
“JANGAN KEJAR KARIER TERUS DONG!!!”
Tiba-tiba kalimat-kalimat norak diatas jadi sering saya denger dari orang-orang disekitar saya, nyebelin banget! dan mungkin banyak dialamin juga sama sebagian besar dari kalian semua (maaf buat yang sudah punya pasangan, hehe)
KAPAN NIKAH????
Ya enggak tau! emang kenapa sih kalo saya masih pengen sendiri? emangnya saya bakalan membuat penipisan lapisan ozon makin cepat dengan kesendirian saya?!
UDAH JANGAN MILIH-MILIH!!!
Kok jangan milih-milih sih? MEMILIH ITU PENTING! Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan lawan jenis dan bukan sesama jenis aja berarti saya sudah melakukan pemilihan (sadis amat sih contohnya, hehe) Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan si pria A dan bukan si pria B, berarti saya sudah melakukan pemilihan. Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan pria yang seiman dan bukan yang beda kepercayaan, berarti saya sudah melakukan pemilihan. SIAPA BILANG JANGAN MILIH-MILIH?
JANGAN LAMA-LAMA!!!
LHAAAA! Dua pribadi yang berbeda membutuhkan waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Lebih baik menyisihkan waktu lebih lama di waktu pendekatan atau pacaran daripada mengambil keputusan gegabah dengan resiko menyesal seumur hidup.
JANGAN NGEJAR KARIER TERUS!!!
Ya enggak tau! emang kenapa sih kalo saya masih pengen sendiri? emangnya saya bakalan membuat penipisan lapisan ozon makin cepat dengan kesendirian saya?!
UDAH JANGAN MILIH-MILIH!!!
Kok jangan milih-milih sih? MEMILIH ITU PENTING! Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan lawan jenis dan bukan sesama jenis aja berarti saya sudah melakukan pemilihan (sadis amat sih contohnya, hehe) Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan si pria A dan bukan si pria B, berarti saya sudah melakukan pemilihan. Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan pria yang seiman dan bukan yang beda kepercayaan, berarti saya sudah melakukan pemilihan. SIAPA BILANG JANGAN MILIH-MILIH?
JANGAN LAMA-LAMA!!!
LHAAAA! Dua pribadi yang berbeda membutuhkan waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Lebih baik menyisihkan waktu lebih lama di waktu pendekatan atau pacaran daripada mengambil keputusan gegabah dengan resiko menyesal seumur hidup.
JANGAN NGEJAR KARIER TERUS!!!
Saya enggak ngejar karier, saya ngejar gajinya haha… nikah itu butuh modal dan modal itu harus dikumpulin sedikit demi sedikit bukan jatuh dari langit. Saya justru ngeri ngeliat temen-temen saya yang berlomba-lomba nikah, kalo saya tanya alasannya, pasti karena umur, desakan orang tua yang mulai malu karena anak gadisnya enggak laku-laku, takut dibilang perawan tua.
Ketakutan-ketakutan itulah yang membuat temen-temen saya “tutup mata” terhadap setiap perbedaan yang justru sebetulnya sangat penting untuk dipertimbangkan pada masa pacaran, apakah memang "saya itu tulang rusuknya dia" (buat yang cewek) atau apakah "dia tulang rusuk saya" (buat yang cowok), mereka punya prinsip yang penting nikah dulu, mereka dengan gampangnya berpikir bahwa karakter buruk yang sudah tertanam selama berpuluh-puluh tahun didalam diri “sang kekasih” bisa hilang begitu saja pada saat menikah.
Ketakutan-ketakutan itulah yang membuat temen-temen saya “tutup mata” terhadap setiap perbedaan yang justru sebetulnya sangat penting untuk dipertimbangkan pada masa pacaran, apakah memang "saya itu tulang rusuknya dia" (buat yang cewek) atau apakah "dia tulang rusuk saya" (buat yang cowok), mereka punya prinsip yang penting nikah dulu, mereka dengan gampangnya berpikir bahwa karakter buruk yang sudah tertanam selama berpuluh-puluh tahun didalam diri “sang kekasih” bisa hilang begitu saja pada saat menikah.
Saya tahu mungkin banyak yang enggak setuju dengan pendapat saya, tapi saya enggak mau menikah hanya karena masalah umur, siapa sih yang berhak ngasih patokan umur seseorang untuk menikah? siapa sih yang berani jamin bahwa nikah di umur 25 tahun akan lebih bahagia dari yang nikah di umur 30an atau lebih? coba liat di catatan sipil, angka perceraian paling tinggi terjadi pada pasangan yang menikah pada umur yang mana? (kalo udah dapet datanya, kasih tau saya ya, soalnya saya sendiri enggak pernah ngecek, haha) Malah menurut saya menikah diusia 30an atau lebih itu banyak sisi baiknya, karena disitu biasanya emosi seseorang sudah lebih stabil, kedewasaan temperamen sudah mulai terbentuk, persiapan materi cukup memadai. (materi itu tetap harus masuk dalam pertimbangan dong, kan enggak bisa bayar listrik sama bayar telepon pake surat cinta)
Saya juga enggak mau menikah karena desakan orang tua, yang ngejalanin pernikahan itu kan saya bukan mereka, yang bakalan nanggung semua resiko kalo ada masalahkan saya bukan mereka, perkawinan kan bukan untuk dibuat main-main apalagi terus kawin-cerai, kebayang enggak tuh kalo sampe salah milih bakalan sengsara seumur hidup.
JADI LU GAK PENGEN NIKAH?
JADI LU GAK PENGEN NIKAH?
Saya pasti kepingin nikah tapi dengan alasan yang tepat, saya kepingin nikah karena saya menyadari bahwa hidup ini terlalu berat untuk dijalani sendirian (tsaaelah...!), saya kepingin nikah karena saya menyadari bahwa saya membutuhkan seseorang yang bisa saling mendukung dalam segi spiritual dan material, saya kepingin nikah karena saya butuh menyayangi seseorang dan butuh untuk disayangi (hihihihi…jadi malu nih), dan masih banyak lagi, tapi yang jelas gak bisa ditentuin kapan waktunya, bisa cepet bisa juga lama, kalo soal waktu kan terserah sama TUHAN.
Labels:
just a
Tuesday, September 14, 2010
Take my time, Change my mind!
Sekarang ini saya hanya ingin berjalan dengan santai, menjalani setiap langkahnya tanpa ketergesa-gesaan. Karena memang hidup tidak hanya untuk mengejar.
Dan saya akan menikmati hidup, menikmati segala rongga dan sendinya, karena waktu yang tepat untuk menikmati hidup adalah ketika kita masih hidup.
Maka mari berjalan, tidak berlari!
Dan saya akan menikmati hidup, menikmati segala rongga dan sendinya, karena waktu yang tepat untuk menikmati hidup adalah ketika kita masih hidup.
Maka mari berjalan, tidak berlari!
Labels:
just a
Tuesday, August 24, 2010
Galak (?)
ga·lak a 1 buas dan suka melawan (menyerang, menggigit, menanduk, dsb tt binatang); ganas; garang: anjingnya -- sekali; 2 suka marah, mencaci maki, dsb: ayahnya termasuk orang yg -- sehingga ditakuti oleh anak-anaknya; meng·ga·lak v menjadi buas (marah dsb): anjing yg ~ itu menyerang kami; meng·ga·lak·kan v 1 membuat menjadi lebih galak (buas, berani, dsb); menghasut; membangkitkan marah; 2 menggiatkan; membangkitkan kegairahan: Pemerintah sedang ~ ekspor nonmigas;
peng·ga·lak·an n 1 proses, cara, perbuatan menjadikan galak; 2 proses, cara, perbuatan membangkitkan kegairahan;
ke·ga·lak·an n perihal galak
peng·ga·lak·an n 1 proses, cara, perbuatan menjadikan galak; 2 proses, cara, perbuatan membangkitkan kegairahan;
ke·ga·lak·an n perihal galak
maaf karena perhatian saya selalu keluar dalam bentuk kegalakan..
Labels:
just a
Wednesday, August 11, 2010
empati
em·pa·ti /émpati/ n Psi keadaan mental yg membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dl keadaan perasaan atau pikiran yg sama dng orang atau kelompok lain;
ber·em·pa·ti v melakukan (mempunyai) empati: apabila seseorang mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain, berarti ia sudah mampu ~
ber·em·pa·ti v melakukan (mempunyai) empati: apabila seseorang mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain, berarti ia sudah mampu ~
Labels:
just a
Friday, August 6, 2010
untuk memulai kembali, maka terpikir untuk berhenti
Mungkin saya memang sebegitu labilnya, baru beberapa minggu saya berkata (kepada diri sendiri dan kepada seorang kawan) bahwa saya berniat melanjutkan kisah Gadis dan Pria tapi yang saya lakukan malah justru mengakhirinya.
Saya pikir memang sudah sudah waktunya kisah absurd itu diakhiri, karena ternyata tidak cukup baik untuk kondisi kejiwaan saya, haha. Ya, tidak baik untuk terus-terusan berkata bahwa ini adalah kisah fiktif karena di beberapa bagian dari cerita itu nyata adanya.
Jika kalian pikir saya akan berhenti menulis, anda salah besar. Saya hanya sedang melakukan pilihan, memilih untuk menuliskan cerita yang benar-benar fiksi atau menulis cacatan harian dengan bumbu-bumbu superhiberbola. Dan saya membutuhkan waktu berfikir yang sangat panjang. Jadi silahkan nikmati episode terakhir dari kisah Gadis dan Pria; Unsaid (an Epilogue). Sampai jumpa dalam karya selanjutnya yang entah kapan.
-nonabdinegara-
Saya pikir memang sudah sudah waktunya kisah absurd itu diakhiri, karena ternyata tidak cukup baik untuk kondisi kejiwaan saya, haha. Ya, tidak baik untuk terus-terusan berkata bahwa ini adalah kisah fiktif karena di beberapa bagian dari cerita itu nyata adanya.
Jika kalian pikir saya akan berhenti menulis, anda salah besar. Saya hanya sedang melakukan pilihan, memilih untuk menuliskan cerita yang benar-benar fiksi atau menulis cacatan harian dengan bumbu-bumbu superhiberbola. Dan saya membutuhkan waktu berfikir yang sangat panjang. Jadi silahkan nikmati episode terakhir dari kisah Gadis dan Pria; Unsaid (an Epilogue). Sampai jumpa dalam karya selanjutnya yang entah kapan.
-nonabdinegara-
Labels:
just a
Wednesday, August 4, 2010
bersepakat dengan perut
Hai perut! Mari kita buat kesepakatan...
Kamu jangan sakit-sakit sampai akhir minggu ini *kalau bisa sampai seterusnya*.
Karena saya masih ada UAS Hukum Pidana, HTN dan Hukum Islam, masih harus merevisi TOR dan RAB 2011, juga masih harus menyelesaikan editing 4 buku.
Dan saya janji sama kamu, perut, saya tidak akan makan makanan yang pedas-asem, mie, kafein, soda, dll yang bisa memicu meningkatnya asam lambung.
Bagaimana? Deal kan? OK! Terima kasih, kamu baik sekali :)
Kamu jangan sakit-sakit sampai akhir minggu ini *kalau bisa sampai seterusnya*.
Karena saya masih ada UAS Hukum Pidana, HTN dan Hukum Islam, masih harus merevisi TOR dan RAB 2011, juga masih harus menyelesaikan editing 4 buku.
Dan saya janji sama kamu, perut, saya tidak akan makan makanan yang pedas-asem, mie, kafein, soda, dll yang bisa memicu meningkatnya asam lambung.
Bagaimana? Deal kan? OK! Terima kasih, kamu baik sekali :)
Labels:
just a
Friday, July 30, 2010
he's just not that into you Share
"Girls are taught a lot of stuff growing up. If a guy punches you, he likes you. Never try to trim your own bangs and someday you will meet a wonderful guy and get your very own happy ending. Every movie we see, every story we're told implores us to wait for it, the third act twist, the unexpected declaration of love, the exception to the rule. But sometimes we're so focused on finding our happy ending we don't learn how to read the signs. How to tell from the ones who want us and the ones who don't, the ones who will stay and the ones who will leave. And maybe a happy ending doesn't include a guy, maybe... it's you, on your own, picking up the pieces and starting over, freeing yourself up for something better in the future. Maybe the happy ending is... just... moving on. Or maybe the happy ending is this, knowing after all the unreturned phone calls, broken-hearts, through the blunders and misread signals, through all the pain and embarrassment...you never gave up hope."
Gigi - He's Just Not That Into You
Gigi - He's Just Not That Into You
Thursday, July 29, 2010
takut berkata

`Sukab takut berkata, karena setiap kata bisa menjadi tanda, dengan tafsiran semaunya.`
(Surat dari Palmerah - SGA)
Wednesday, July 28, 2010
Umpatengkar (2)
Ketika dua manusia dengan tingkat sensitifitas rasa yang tinggi berteman...
...bahkan hal yang -seharusnya- sepele pun bisa memicu perselisihan.
...bahkan hal yang -seharusnya- sepele pun bisa memicu perselisihan.
Labels:
just a
Saturday, July 24, 2010
kehilangan anak kunci
Dan memang hanya Tuhan yang sanggup membolak-balikkan hati manusia. Lalu saya menyadari bahwa saya sendiri lah yang membatasi, menutupnya rapat-rapat dengan gembok yang anak kuncinya -saya pikir- telah saya simpan dengan rapih.
Belakangan terbuka sedikit celah, kecil sekali celahnya, dan saya pun kelimpungan mencari si anak kunci untuk merapatkannya kembali. Apa daya, anak kunci itu tidak kunjung saya temukan, dia menghilang entah kemana.
Tanpa sanggup saya bendung, celah itu semakin lebar, terus melebar, hingga akhirnya terbuka penuh. Dan sekarang siapa pun bisa keluar masuk tanpa permisi, tanpa basi-basi, bahkan tanpa mengizinkan saya untuk beradaptasi.
Ya, hati saya terbuka lebar, saya kehilangan si anak kunci, dan bahkan gemboknya sendiri sudah entah berada dimana. Saya hanya bisa diam, membiarkannya terbuka sampai entah kapan. Mungkin sampai ada orang yang menemukan si anak kunci lalu mengembalikannya kepada saya, mungkin sampai saya menyerah dan akhirnya menutup kembali hati saya dengan papan yang dipaku, ditutup permanen -sampai mungkin nantinya pun akan kembali jebol-, karena gembok ternyata mudah dibuka dan saya benci jika harus kecolongan tanpa pemberitahuan seperti ini lagi.
Hati saya terbuka lebar, jadi silahkan saja anda -siapapun anda- keluar masuk semaunya. Tapi berhati-hatilah, hati saya adalah barang pecah-belah yang rapuh dan akan sangat sulit menyatukan kembali serpihan-serpihannya.
Sabtu dini hari, 24 Juli 2010
Belakangan terbuka sedikit celah, kecil sekali celahnya, dan saya pun kelimpungan mencari si anak kunci untuk merapatkannya kembali. Apa daya, anak kunci itu tidak kunjung saya temukan, dia menghilang entah kemana.
Tanpa sanggup saya bendung, celah itu semakin lebar, terus melebar, hingga akhirnya terbuka penuh. Dan sekarang siapa pun bisa keluar masuk tanpa permisi, tanpa basi-basi, bahkan tanpa mengizinkan saya untuk beradaptasi.
Ya, hati saya terbuka lebar, saya kehilangan si anak kunci, dan bahkan gemboknya sendiri sudah entah berada dimana. Saya hanya bisa diam, membiarkannya terbuka sampai entah kapan. Mungkin sampai ada orang yang menemukan si anak kunci lalu mengembalikannya kepada saya, mungkin sampai saya menyerah dan akhirnya menutup kembali hati saya dengan papan yang dipaku, ditutup permanen -sampai mungkin nantinya pun akan kembali jebol-, karena gembok ternyata mudah dibuka dan saya benci jika harus kecolongan tanpa pemberitahuan seperti ini lagi.
Hati saya terbuka lebar, jadi silahkan saja anda -siapapun anda- keluar masuk semaunya. Tapi berhati-hatilah, hati saya adalah barang pecah-belah yang rapuh dan akan sangat sulit menyatukan kembali serpihan-serpihannya.
Sabtu dini hari, 24 Juli 2010
Labels:
just a
Thursday, July 8, 2010
Juang Bujang
Postingan yang saya dedikasikan untuk Idham Saputra. *request sih minta di bikinin postingan di blog, aneh banget :p* Dan karena saya sedang amat sangat tidak kreatif maka inilah sedikit -katakan saja- wejangan untuk teman saya yang sering kali mengaku tampan, yang mana belakangan ini sering saya jadikan tempat curhat tidak jelas.
===oo0oo===
===oo0oo===
Ini fotonya Idham, sengaja di beginiin biar makin keluar aura tampannya :p
===oo0oo===
"...Anak orang kaya, kaya bukan karena orang tuanya yang kaya. Anak orang miskin, miskin bukan karena orang tuanya yang miskin." (Angkasa Yudistira - Juang Bujang)
===oo0oo===
Ini fotonya Idham, sengaja di beginiin biar makin keluar aura tampannya :p
Labels:
just a
Tuesday, June 22, 2010
Ceracau Monolog
Eh, tau enggak? Saya kepingin curhat, boleh?
Ya harus boleh lah, ini kan blog saya, hehe.
Terus kalo dibaca orang gimana?
Ya gapapa sih, ini kan blog, namanya orang bikin blog dan nulis di blog pasti supaya dibaca sama orang lain.
Nah, kalo orang yang jadi objek curhatan yang baca gimana?
Ah, pasrah aja lah, mau curhat aja ribet banget sih, harus banyak pertimbangan begini.
Yaudah, emang mau curhat apa sih?
Nah, gitu dong dari tadi, hehe.
Kata bang haji Pidi Baiq "enggak bisa tidur karena senang, itu lebih baik, daripada karena ruwet".
Hah? Maksudnya? Mau curhat apaan sih, kok bawa-bawa Pidi Baiq segala?
Ya itu, saya semalem enggak bisa tidur, tapi (kayaknya) karena lagi seneng, masih belom pasti senengnya sejak kapan, mungkin Sabtu, mungkin Minggu, mungkin Jumat atau mungkin sejak berbulan-bulan yang lalu.
Lah, emangnya seneng gara-gara apa, kok enggak tau kapan mulainya? aneh ih! :p
Iya, saya lagi seneng, kesemsem, enggak tau deh itu namanya apa, tapi yang pasti bikin saya enggak konsen ngapa-ngapain.
Wah, kesenangan negatif ya?
Eh, jangan nuduh sembarangan dong, saya kan anak baik-baik, masa gak percaya sih kalo saya anak baik-baik.
Terus kenapa jadi enggak bisa konsen begitu?
Iya, soalnya pikiran saya fokus sama yang ini nih:
Emang dia siapa?
Adalah pokoknya, kok malah jadi kepengen tau banget gitu sih, pokoknya mah dia aja, haha.
Tadi katanya mau curhat, kok curhatnya cuma setengah-setengah.
Terserah aja dong, ini kan blog saya, mau curhat full version kek, mau curhat half version kek, hehe :p
Udah ya, saya mau lanjut kerja, itu juga kalo konsen, kalo enggak konsen juga ya ngapain kek :D
Menteng di siang bolong kurang kerjaan padahal lagi ada di kantor, Juni 2010
Ya harus boleh lah, ini kan blog saya, hehe.
Terus kalo dibaca orang gimana?
Ya gapapa sih, ini kan blog, namanya orang bikin blog dan nulis di blog pasti supaya dibaca sama orang lain.
Nah, kalo orang yang jadi objek curhatan yang baca gimana?
Ah, pasrah aja lah, mau curhat aja ribet banget sih, harus banyak pertimbangan begini.
Yaudah, emang mau curhat apa sih?
Nah, gitu dong dari tadi, hehe.
Kata bang haji Pidi Baiq "enggak bisa tidur karena senang, itu lebih baik, daripada karena ruwet".
Hah? Maksudnya? Mau curhat apaan sih, kok bawa-bawa Pidi Baiq segala?
Ya itu, saya semalem enggak bisa tidur, tapi (kayaknya) karena lagi seneng, masih belom pasti senengnya sejak kapan, mungkin Sabtu, mungkin Minggu, mungkin Jumat atau mungkin sejak berbulan-bulan yang lalu.
Lah, emangnya seneng gara-gara apa, kok enggak tau kapan mulainya? aneh ih! :p
Iya, saya lagi seneng, kesemsem, enggak tau deh itu namanya apa, tapi yang pasti bikin saya enggak konsen ngapa-ngapain.
Wah, kesenangan negatif ya?
Eh, jangan nuduh sembarangan dong, saya kan anak baik-baik, masa gak percaya sih kalo saya anak baik-baik.
Terus kenapa jadi enggak bisa konsen begitu?
Iya, soalnya pikiran saya fokus sama yang ini nih:
Emang dia siapa?
Adalah pokoknya, kok malah jadi kepengen tau banget gitu sih, pokoknya mah dia aja, haha.
Tadi katanya mau curhat, kok curhatnya cuma setengah-setengah.
Terserah aja dong, ini kan blog saya, mau curhat full version kek, mau curhat half version kek, hehe :p
Udah ya, saya mau lanjut kerja, itu juga kalo konsen, kalo enggak konsen juga ya ngapain kek :D
Menteng di siang bolong kurang kerjaan padahal lagi ada di kantor, Juni 2010
Monday, May 3, 2010
antrian mimpi

Telah banyak impian anak manusia yang menjadi kenyataan.
Dan hari ini, impian-impian kita sedang berdiri dalam sebuah garis antrian,
menuju bentuk-bentuk nyata mereka.
Labels:
just a
Wednesday, April 28, 2010
Wednesday, April 21, 2010
21 April 2010
Jika sekarang kalian bangga karena sedari kecil sudah pandai berbahasa asing, punya ratusan bahkan ribuan teman di Facebook, mempunyai blog yang sering dikunjungi dan di komentari oleh teman-teman anda ,maka jangan dulu bangga. Karena Kartini sejak usia 12 tahun sudah pandai berbahasa Belanda, sejak usia 20 tahun sudah rajin menulis surat kepada sahabatnya di Belanda dan surat-suratnya itu dibaca oleh wanita-wanita di Belanda. Kartini dengan segala keterbatasannya berjuang agar wanita mendapatkan pendidikan yang setara dengan pria. Dan beliau memperjuangkan semua itu padahal belum juga menginjak tahun 1900, tanpa komputer, tanpa telefon, tanpa ponsel, tanpa sambungan internet.
Selamat hari Kartini untuk seluruh perempuan Indonesia dengan segala problematikanya.
Labels:
just a
Tuesday, March 2, 2010
Indonesia (saat ini)
Pukul 14.05 tepat saat ini, dan saya miris menyaksikan, mendenger, melihat berbagai pemberitaan tentang apa yang sedang terjadi di Indonesia, di Jakarta, di luar dan di dalam gedung para dewan yang -katanya- terhormat.
Saya mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi tapi tak jua berhasil. Entah karena saya yang terlalu bodoh. Entah mereka-mereka yang -katanya- terhormat itu terlalu pintar. Entah para pemuda (baca: Mahasiswa) itu terlalu berani mati -konyol-. Entahlah. Yang pasti saat ini di Indonesia, di Jakarta, di luar dan di dalam gedung para dewan yang -katanya- terhormat itu terjadi sesuatu yang tidak terhormat.
Lalu saya teringat sebuah kutipan dari buku yang baru saja selesai saya baca:
"Antara mahasiswa 1960-an dan generasi setelahnya ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya, mahasiswa tetap menjadi kekuatan moral politik yang amat kuat. Mahasiswa begitu di elu-elukan saat terjadinya gerakan, namun dicampak setelah gerakan itu berhasil menumbangkan rezim yang tiran. Persamaan lainnya, tidak sedikit mantan mahasiswa yang kemudian terjun ke politik praktis mendulang nikmatnya kekuasaan. Perbedaannya, para aktivis mahasiswa masa lalu mendasarkan aktivitasnya dari bacaan-bacaan yang amat kaya, sedangkan mahasiswa pasca 1970-an lebih mendasarkan pergerakannya pada gegap langkah yang kadang miskin akan ide untuk memberi arah bagi Indonesia masa depan" (Ikrar Nusa Bhakti; Soe Hok Gie - Sekali lagi.., hal. 316)
Kemudian saya jadi terkekeh sendiri, membayangkan dahulu para pendemo dan yang didemo itu sama pintarnya sedangkan sekarang pendemo dan yang didemo sama-sama bodohnya, sama-sama tidak bermoralnya. Miris.
Ah, sudahlah, lama-lama pusing juga saya memikirkannya. Toh apapun yang terjadi dengan Indonesia, saya sudah terlanjur mencintai negara ini. Mencintainya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan sampai kapankkun saya akan tetap bangga lahir dan besar di 6 LU - 11 LS, 95 BT - 141BT = INDONESIA.
Untuk mengakhiri tulisan -ngawur- saya ini, ijinkan saya menyalin sebuah puisi dari Soe Hok Gie, seorang yang amat sangat saya idolakan -semoga bukan merupakan kultus individu-.
Saya mimpi tentang sebuah dunia,
Di mana ulama - buruh dan pemuda,
Bangkit dan berkata - Stop semua kemunafikan,
Stop semua pembunuhan atas nama apa pun.
Dan para politisi di PBB,
Sibuk mengatur pengangkutan gandum, susu dan beras,
Buat anak-anak yang lapar di tiga benua,
Dan lupa akan diplomasi.
Tak ada lagi rasa benci pada siapa pun,
Agama apa pun, ras apa pun, dan bangsa apa pun,
Dan melupakan perang dan kebencian,
Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Tuhan - Saya mimpi tentang dunia tadi,
Yang tak pernah akan datang.
Soe Hoek Gie - 29 Oktober 1968 (CSD, terbitan LP3ES)
Saya mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi tapi tak jua berhasil. Entah karena saya yang terlalu bodoh. Entah mereka-mereka yang -katanya- terhormat itu terlalu pintar. Entah para pemuda (baca: Mahasiswa) itu terlalu berani mati -konyol-. Entahlah. Yang pasti saat ini di Indonesia, di Jakarta, di luar dan di dalam gedung para dewan yang -katanya- terhormat itu terjadi sesuatu yang tidak terhormat.
Lalu saya teringat sebuah kutipan dari buku yang baru saja selesai saya baca:
"Antara mahasiswa 1960-an dan generasi setelahnya ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya, mahasiswa tetap menjadi kekuatan moral politik yang amat kuat. Mahasiswa begitu di elu-elukan saat terjadinya gerakan, namun dicampak setelah gerakan itu berhasil menumbangkan rezim yang tiran. Persamaan lainnya, tidak sedikit mantan mahasiswa yang kemudian terjun ke politik praktis mendulang nikmatnya kekuasaan. Perbedaannya, para aktivis mahasiswa masa lalu mendasarkan aktivitasnya dari bacaan-bacaan yang amat kaya, sedangkan mahasiswa pasca 1970-an lebih mendasarkan pergerakannya pada gegap langkah yang kadang miskin akan ide untuk memberi arah bagi Indonesia masa depan" (Ikrar Nusa Bhakti; Soe Hok Gie - Sekali lagi.., hal. 316)
Kemudian saya jadi terkekeh sendiri, membayangkan dahulu para pendemo dan yang didemo itu sama pintarnya sedangkan sekarang pendemo dan yang didemo sama-sama bodohnya, sama-sama tidak bermoralnya. Miris.
Ah, sudahlah, lama-lama pusing juga saya memikirkannya. Toh apapun yang terjadi dengan Indonesia, saya sudah terlanjur mencintai negara ini. Mencintainya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan sampai kapankkun saya akan tetap bangga lahir dan besar di 6 LU - 11 LS, 95 BT - 141BT = INDONESIA.
Untuk mengakhiri tulisan -ngawur- saya ini, ijinkan saya menyalin sebuah puisi dari Soe Hok Gie, seorang yang amat sangat saya idolakan -semoga bukan merupakan kultus individu-.
Saya mimpi tentang sebuah dunia,
Di mana ulama - buruh dan pemuda,
Bangkit dan berkata - Stop semua kemunafikan,
Stop semua pembunuhan atas nama apa pun.
Dan para politisi di PBB,
Sibuk mengatur pengangkutan gandum, susu dan beras,
Buat anak-anak yang lapar di tiga benua,
Dan lupa akan diplomasi.
Tak ada lagi rasa benci pada siapa pun,
Agama apa pun, ras apa pun, dan bangsa apa pun,
Dan melupakan perang dan kebencian,
Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Tuhan - Saya mimpi tentang dunia tadi,
Yang tak pernah akan datang.
Soe Hoek Gie - 29 Oktober 1968 (CSD, terbitan LP3ES)
Labels:
just a
Sunday, February 28, 2010
... tentang komitmen.

Pagi ini saya bangun agak lebih siang dari biasanya, maklumlah ini hari libur, dan otak saya akan secara otomatis memerintahkan saya untuk tidur lebih lama. Sekitar pukul 7, Ibu saya dari luar kamar berteriak "mbak, itu anak-anaknya pada di depan rumah", lalu saya dengan setengah sadar antara tidur dan terjaga menjawab dengan sekenanya "suruh pulang aja deh, bu, kan kemaren juga udah dibilangin kalo belajarnya bulan depan lagi"
Ya, yang Ibu saya maksudkan dengan anak-anak adalah anak-anak kecil tetangga sekitar yang pada Jum'at lalu saya undang untuk belajar dan bermain dirumah karena saya bersama beberapa teman berniat membuka semacam taman bacaan yang kami beri nama OMAH SINAU (OSIN). Dan saya bersama teman-teman memang sudah sepakat untuk mengadakan dengan tempo 2 (dua) mingguan.
Tidak tahan dengan teriakan Ibu saya yang tidak berhenti mengoceh perihal anak-anak itu, akhirnya pukul 7.30 saya keluar dari kamar. Niatnya hanya untuk membubarkan kerumunan anak-anak kecil itu, memberikan penjelasan kepada mereka bahwa OSIN tidak memungkinkan diadakan setiap hari minggu. Tapi yang saya lakukan malahan menyalakan televisi untuk menyaksikan siaran berita pagi di salah satu tv swasta.
Entah karena Ibu saya lelah berteriak-teriak atau karena jarak duduk kami yang berdekatan, kemudian ibu saya berkata dengan suara lirih "kalau mau ngerjain sesuatu tuh harus komit, mbak, harus ngerelain waktu, tenaga, atau bahkan uangnya kesita untuk hal itu. Kalau kamu masih mikirin diri sendiri, masih gak rela kehilangan waktu liburan, masih mau main-main, ya jangan mulai dulu. Kegiatan yang sifatnya sosial itu ya memang begitu. Harusnya kamu seneng dong karena anak-anaknya antusias, anak-anaknya mau dateng pagi-pagi. Itu artinya mereka seneng sama apa yang kamu perbuat. Bukannya memang itu tujuannya (?)"
Saya hanya bisa diam sambil membenarkan segala ucapan yang keluar dari mulut Ibu saya. Kemudian sejenak saya membayangkan betapa dahulu saya memimpikan bermain dengan banyak anak-anak, mengajarkan mereka membaca dan membacakan dongeng. Lalu saya bertanya pada diri, kenapa sekarang saya menjadi merasa keberatan, bukankan ini semua mimpi saya dan saat inilah mimpi itu terwujud?
Seharusnya saya bersemangat mendengar suara anak-anak di depan rumah saya itu, seharusnya saya dengan senang hati mempersilahkan mereka masuk rumah ketika mereka bertanya "mbak, hari ini kita belajar lagi nggak?", seharusnya saya dengan senyum sumringah menyambut mereka di depan rumah sedari pagi dan bukannya mereka yang menunggu saya bangun tidur dan terlebih dahulu di "ceramahi" Ibu saya kemudian barulah saya beranjak mandi dan melakukan semua hal yang seharusnya saya lakukan tadi.
Dan hari ini saya belajar tentang komitmen [lagi-lagi] dari seorang wanita yang melahirkan saya, yang saya kagumi namun tidak jarang saya tentang pemikirannya karena saya anggap kolot. Ibu saya yang bahkan tidak lulus Sekolah Dasar itu justru memiliki kepekaan jauh lebih tinggi, memiliki kepintaran yang jauh luar biasa daripada saya yang bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi pun karena dia.
Terima kasih tak hingga untuk Ibu saya tercinta, dan juga untuk bocah-bocah OSIN yang sudah berisik di depan pintu rumah pagi-pagi, saya tunggu kalian "berisik" lagi minggu depan. :)
Labels:
just a
Wednesday, February 3, 2010
mobil barunya, pak??

Selamat menikmati mobil baru kalian
Semoga mobil baru ini bisa meningkatkan kinerja kalian
Semoga... (?)
Sedikit mengingatkan (dengan segala kerendahan hati tentunya)
Bahwa mobil ini dibeli dari pajak rakyat (maka jangan bangga)
Bahwa rakyat yang membayar pajak bahkan masih harus berdesak-desakan di atas kopaja (maka jangan sombong)
Bahwa rakyat harus melimpir kepinggir jalan setiap kali mobil baru nan mewah yang bapak tumpangi itu lewat (maka jangan arogan)
Dan yang perlu bapak ketahui dan sadari
Bahwa harga mobil yang bapak tumpangi dengan segala kenyamanannya itu cukup untuk membiayai pembangunan dua sampai tiga sekolah di daerah terpencil demi kemajuan anak bangsa
Tidakkah seharusnya bapak malu dengan segala kebanggaan, kesombongan dan arogansi itu
Sementara diluar sana banyak anak-anak yang harus dibelajar di tenda-tenda darurat karena sekolahnya yang rusak akibat bencana alam tidak kunjung diperbaiki (???)
Saya (yang tentu saja bukan siapa-siapa) tidak hendak menghujat, menuduh, apalagi menghakimi bapak-bapak sekalian...
Saya hanya ingin mengucapkan selamat...
Selamat menikmati jerih payah kami...
[Jakarta, 29 Desember 2009]
Labels:
just a
Subscribe to:
Posts (Atom)
Showing posts with label just a. Show all posts
Showing posts with label just a. Show all posts
Wednesday, October 20, 2010
Thursday, October 14, 2010
Love Sonnet XVII
I do not love you as if you were a salt rose, or topaz
or the arrow of carnations the fire shoots off.
I love you as certain dark things are to be loved,
in secret, between the shadow and the soul.
I love you as the plant that never blooms
but carries in itself the light of hidden flowers;
thanks to your love a certain solid fragrance,
risen from the earth, lives darkly in my body.
I love you without knowing how, or when, or from where.
I love you straightforwardly, without complexities or pride;
So I love you because I know no other way
than this: where I does not exist, nor you,
so close that your hand on my chest is my hand,
so close that your eyes close as I fall asleep.
-Pablo Neruda-
Thamrin, 14.10.2010
dipersembahkan untuk kamu karena aku memang tidak berbakat mengumbar gombal.
Wednesday, October 6, 2010
memilih untuk MEMILIH!
“KAPAN NIKAH???”
“UDAH, JANGAN MILIH-MILIH LAH!!!”
“JANGAN LAMA-LAMA!!!!”
“JANGAN KEJAR KARIER TERUS DONG!!!”
Tiba-tiba kalimat-kalimat norak diatas jadi sering saya denger dari orang-orang disekitar saya, nyebelin banget! dan mungkin banyak dialamin juga sama sebagian besar dari kalian semua (maaf buat yang sudah punya pasangan, hehe)
KAPAN NIKAH????
Ya enggak tau! emang kenapa sih kalo saya masih pengen sendiri? emangnya saya bakalan membuat penipisan lapisan ozon makin cepat dengan kesendirian saya?!
UDAH JANGAN MILIH-MILIH!!!
Kok jangan milih-milih sih? MEMILIH ITU PENTING! Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan lawan jenis dan bukan sesama jenis aja berarti saya sudah melakukan pemilihan (sadis amat sih contohnya, hehe) Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan si pria A dan bukan si pria B, berarti saya sudah melakukan pemilihan. Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan pria yang seiman dan bukan yang beda kepercayaan, berarti saya sudah melakukan pemilihan. SIAPA BILANG JANGAN MILIH-MILIH?
JANGAN LAMA-LAMA!!!
LHAAAA! Dua pribadi yang berbeda membutuhkan waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Lebih baik menyisihkan waktu lebih lama di waktu pendekatan atau pacaran daripada mengambil keputusan gegabah dengan resiko menyesal seumur hidup.
JANGAN NGEJAR KARIER TERUS!!!
Ya enggak tau! emang kenapa sih kalo saya masih pengen sendiri? emangnya saya bakalan membuat penipisan lapisan ozon makin cepat dengan kesendirian saya?!
UDAH JANGAN MILIH-MILIH!!!
Kok jangan milih-milih sih? MEMILIH ITU PENTING! Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan lawan jenis dan bukan sesama jenis aja berarti saya sudah melakukan pemilihan (sadis amat sih contohnya, hehe) Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan si pria A dan bukan si pria B, berarti saya sudah melakukan pemilihan. Pada saat saya memutuskan untuk menikah dengan pria yang seiman dan bukan yang beda kepercayaan, berarti saya sudah melakukan pemilihan. SIAPA BILANG JANGAN MILIH-MILIH?
JANGAN LAMA-LAMA!!!
LHAAAA! Dua pribadi yang berbeda membutuhkan waktu untuk saling mengenal satu sama lain. Lebih baik menyisihkan waktu lebih lama di waktu pendekatan atau pacaran daripada mengambil keputusan gegabah dengan resiko menyesal seumur hidup.
JANGAN NGEJAR KARIER TERUS!!!
Saya enggak ngejar karier, saya ngejar gajinya haha… nikah itu butuh modal dan modal itu harus dikumpulin sedikit demi sedikit bukan jatuh dari langit. Saya justru ngeri ngeliat temen-temen saya yang berlomba-lomba nikah, kalo saya tanya alasannya, pasti karena umur, desakan orang tua yang mulai malu karena anak gadisnya enggak laku-laku, takut dibilang perawan tua.
Ketakutan-ketakutan itulah yang membuat temen-temen saya “tutup mata” terhadap setiap perbedaan yang justru sebetulnya sangat penting untuk dipertimbangkan pada masa pacaran, apakah memang "saya itu tulang rusuknya dia" (buat yang cewek) atau apakah "dia tulang rusuk saya" (buat yang cowok), mereka punya prinsip yang penting nikah dulu, mereka dengan gampangnya berpikir bahwa karakter buruk yang sudah tertanam selama berpuluh-puluh tahun didalam diri “sang kekasih” bisa hilang begitu saja pada saat menikah.
Ketakutan-ketakutan itulah yang membuat temen-temen saya “tutup mata” terhadap setiap perbedaan yang justru sebetulnya sangat penting untuk dipertimbangkan pada masa pacaran, apakah memang "saya itu tulang rusuknya dia" (buat yang cewek) atau apakah "dia tulang rusuk saya" (buat yang cowok), mereka punya prinsip yang penting nikah dulu, mereka dengan gampangnya berpikir bahwa karakter buruk yang sudah tertanam selama berpuluh-puluh tahun didalam diri “sang kekasih” bisa hilang begitu saja pada saat menikah.
Saya tahu mungkin banyak yang enggak setuju dengan pendapat saya, tapi saya enggak mau menikah hanya karena masalah umur, siapa sih yang berhak ngasih patokan umur seseorang untuk menikah? siapa sih yang berani jamin bahwa nikah di umur 25 tahun akan lebih bahagia dari yang nikah di umur 30an atau lebih? coba liat di catatan sipil, angka perceraian paling tinggi terjadi pada pasangan yang menikah pada umur yang mana? (kalo udah dapet datanya, kasih tau saya ya, soalnya saya sendiri enggak pernah ngecek, haha) Malah menurut saya menikah diusia 30an atau lebih itu banyak sisi baiknya, karena disitu biasanya emosi seseorang sudah lebih stabil, kedewasaan temperamen sudah mulai terbentuk, persiapan materi cukup memadai. (materi itu tetap harus masuk dalam pertimbangan dong, kan enggak bisa bayar listrik sama bayar telepon pake surat cinta)
Saya juga enggak mau menikah karena desakan orang tua, yang ngejalanin pernikahan itu kan saya bukan mereka, yang bakalan nanggung semua resiko kalo ada masalahkan saya bukan mereka, perkawinan kan bukan untuk dibuat main-main apalagi terus kawin-cerai, kebayang enggak tuh kalo sampe salah milih bakalan sengsara seumur hidup.
JADI LU GAK PENGEN NIKAH?
JADI LU GAK PENGEN NIKAH?
Saya pasti kepingin nikah tapi dengan alasan yang tepat, saya kepingin nikah karena saya menyadari bahwa hidup ini terlalu berat untuk dijalani sendirian (tsaaelah...!), saya kepingin nikah karena saya menyadari bahwa saya membutuhkan seseorang yang bisa saling mendukung dalam segi spiritual dan material, saya kepingin nikah karena saya butuh menyayangi seseorang dan butuh untuk disayangi (hihihihi…jadi malu nih), dan masih banyak lagi, tapi yang jelas gak bisa ditentuin kapan waktunya, bisa cepet bisa juga lama, kalo soal waktu kan terserah sama TUHAN.
Tuesday, September 14, 2010
Take my time, Change my mind!
Sekarang ini saya hanya ingin berjalan dengan santai, menjalani setiap langkahnya tanpa ketergesa-gesaan. Karena memang hidup tidak hanya untuk mengejar.
Dan saya akan menikmati hidup, menikmati segala rongga dan sendinya, karena waktu yang tepat untuk menikmati hidup adalah ketika kita masih hidup.
Maka mari berjalan, tidak berlari!
Dan saya akan menikmati hidup, menikmati segala rongga dan sendinya, karena waktu yang tepat untuk menikmati hidup adalah ketika kita masih hidup.
Maka mari berjalan, tidak berlari!
Tuesday, August 24, 2010
Galak (?)
ga·lak a 1 buas dan suka melawan (menyerang, menggigit, menanduk, dsb tt binatang); ganas; garang: anjingnya -- sekali; 2 suka marah, mencaci maki, dsb: ayahnya termasuk orang yg -- sehingga ditakuti oleh anak-anaknya; meng·ga·lak v menjadi buas (marah dsb): anjing yg ~ itu menyerang kami; meng·ga·lak·kan v 1 membuat menjadi lebih galak (buas, berani, dsb); menghasut; membangkitkan marah; 2 menggiatkan; membangkitkan kegairahan: Pemerintah sedang ~ ekspor nonmigas;
peng·ga·lak·an n 1 proses, cara, perbuatan menjadikan galak; 2 proses, cara, perbuatan membangkitkan kegairahan;
ke·ga·lak·an n perihal galak
peng·ga·lak·an n 1 proses, cara, perbuatan menjadikan galak; 2 proses, cara, perbuatan membangkitkan kegairahan;
ke·ga·lak·an n perihal galak
maaf karena perhatian saya selalu keluar dalam bentuk kegalakan..
Wednesday, August 11, 2010
empati
em·pa·ti /émpati/ n Psi keadaan mental yg membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dl keadaan perasaan atau pikiran yg sama dng orang atau kelompok lain;
ber·em·pa·ti v melakukan (mempunyai) empati: apabila seseorang mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain, berarti ia sudah mampu ~
ber·em·pa·ti v melakukan (mempunyai) empati: apabila seseorang mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain, berarti ia sudah mampu ~
Friday, August 6, 2010
untuk memulai kembali, maka terpikir untuk berhenti
Mungkin saya memang sebegitu labilnya, baru beberapa minggu saya berkata (kepada diri sendiri dan kepada seorang kawan) bahwa saya berniat melanjutkan kisah Gadis dan Pria tapi yang saya lakukan malah justru mengakhirinya.
Saya pikir memang sudah sudah waktunya kisah absurd itu diakhiri, karena ternyata tidak cukup baik untuk kondisi kejiwaan saya, haha. Ya, tidak baik untuk terus-terusan berkata bahwa ini adalah kisah fiktif karena di beberapa bagian dari cerita itu nyata adanya.
Jika kalian pikir saya akan berhenti menulis, anda salah besar. Saya hanya sedang melakukan pilihan, memilih untuk menuliskan cerita yang benar-benar fiksi atau menulis cacatan harian dengan bumbu-bumbu superhiberbola. Dan saya membutuhkan waktu berfikir yang sangat panjang. Jadi silahkan nikmati episode terakhir dari kisah Gadis dan Pria; Unsaid (an Epilogue). Sampai jumpa dalam karya selanjutnya yang entah kapan.
-nonabdinegara-
Saya pikir memang sudah sudah waktunya kisah absurd itu diakhiri, karena ternyata tidak cukup baik untuk kondisi kejiwaan saya, haha. Ya, tidak baik untuk terus-terusan berkata bahwa ini adalah kisah fiktif karena di beberapa bagian dari cerita itu nyata adanya.
Jika kalian pikir saya akan berhenti menulis, anda salah besar. Saya hanya sedang melakukan pilihan, memilih untuk menuliskan cerita yang benar-benar fiksi atau menulis cacatan harian dengan bumbu-bumbu superhiberbola. Dan saya membutuhkan waktu berfikir yang sangat panjang. Jadi silahkan nikmati episode terakhir dari kisah Gadis dan Pria; Unsaid (an Epilogue). Sampai jumpa dalam karya selanjutnya yang entah kapan.
-nonabdinegara-
Wednesday, August 4, 2010
bersepakat dengan perut
Hai perut! Mari kita buat kesepakatan...
Kamu jangan sakit-sakit sampai akhir minggu ini *kalau bisa sampai seterusnya*.
Karena saya masih ada UAS Hukum Pidana, HTN dan Hukum Islam, masih harus merevisi TOR dan RAB 2011, juga masih harus menyelesaikan editing 4 buku.
Dan saya janji sama kamu, perut, saya tidak akan makan makanan yang pedas-asem, mie, kafein, soda, dll yang bisa memicu meningkatnya asam lambung.
Bagaimana? Deal kan? OK! Terima kasih, kamu baik sekali :)
Kamu jangan sakit-sakit sampai akhir minggu ini *kalau bisa sampai seterusnya*.
Karena saya masih ada UAS Hukum Pidana, HTN dan Hukum Islam, masih harus merevisi TOR dan RAB 2011, juga masih harus menyelesaikan editing 4 buku.
Dan saya janji sama kamu, perut, saya tidak akan makan makanan yang pedas-asem, mie, kafein, soda, dll yang bisa memicu meningkatnya asam lambung.
Bagaimana? Deal kan? OK! Terima kasih, kamu baik sekali :)
Friday, July 30, 2010
he's just not that into you Share
"Girls are taught a lot of stuff growing up. If a guy punches you, he likes you. Never try to trim your own bangs and someday you will meet a wonderful guy and get your very own happy ending. Every movie we see, every story we're told implores us to wait for it, the third act twist, the unexpected declaration of love, the exception to the rule. But sometimes we're so focused on finding our happy ending we don't learn how to read the signs. How to tell from the ones who want us and the ones who don't, the ones who will stay and the ones who will leave. And maybe a happy ending doesn't include a guy, maybe... it's you, on your own, picking up the pieces and starting over, freeing yourself up for something better in the future. Maybe the happy ending is... just... moving on. Or maybe the happy ending is this, knowing after all the unreturned phone calls, broken-hearts, through the blunders and misread signals, through all the pain and embarrassment...you never gave up hope."
Gigi - He's Just Not That Into You
Gigi - He's Just Not That Into You
Thursday, July 29, 2010
takut berkata

`Sukab takut berkata, karena setiap kata bisa menjadi tanda, dengan tafsiran semaunya.`
(Surat dari Palmerah - SGA)
Wednesday, July 28, 2010
Umpatengkar (2)
Ketika dua manusia dengan tingkat sensitifitas rasa yang tinggi berteman...
...bahkan hal yang -seharusnya- sepele pun bisa memicu perselisihan.
...bahkan hal yang -seharusnya- sepele pun bisa memicu perselisihan.
Saturday, July 24, 2010
kehilangan anak kunci
Dan memang hanya Tuhan yang sanggup membolak-balikkan hati manusia. Lalu saya menyadari bahwa saya sendiri lah yang membatasi, menutupnya rapat-rapat dengan gembok yang anak kuncinya -saya pikir- telah saya simpan dengan rapih.
Belakangan terbuka sedikit celah, kecil sekali celahnya, dan saya pun kelimpungan mencari si anak kunci untuk merapatkannya kembali. Apa daya, anak kunci itu tidak kunjung saya temukan, dia menghilang entah kemana.
Tanpa sanggup saya bendung, celah itu semakin lebar, terus melebar, hingga akhirnya terbuka penuh. Dan sekarang siapa pun bisa keluar masuk tanpa permisi, tanpa basi-basi, bahkan tanpa mengizinkan saya untuk beradaptasi.
Ya, hati saya terbuka lebar, saya kehilangan si anak kunci, dan bahkan gemboknya sendiri sudah entah berada dimana. Saya hanya bisa diam, membiarkannya terbuka sampai entah kapan. Mungkin sampai ada orang yang menemukan si anak kunci lalu mengembalikannya kepada saya, mungkin sampai saya menyerah dan akhirnya menutup kembali hati saya dengan papan yang dipaku, ditutup permanen -sampai mungkin nantinya pun akan kembali jebol-, karena gembok ternyata mudah dibuka dan saya benci jika harus kecolongan tanpa pemberitahuan seperti ini lagi.
Hati saya terbuka lebar, jadi silahkan saja anda -siapapun anda- keluar masuk semaunya. Tapi berhati-hatilah, hati saya adalah barang pecah-belah yang rapuh dan akan sangat sulit menyatukan kembali serpihan-serpihannya.
Sabtu dini hari, 24 Juli 2010
Belakangan terbuka sedikit celah, kecil sekali celahnya, dan saya pun kelimpungan mencari si anak kunci untuk merapatkannya kembali. Apa daya, anak kunci itu tidak kunjung saya temukan, dia menghilang entah kemana.
Tanpa sanggup saya bendung, celah itu semakin lebar, terus melebar, hingga akhirnya terbuka penuh. Dan sekarang siapa pun bisa keluar masuk tanpa permisi, tanpa basi-basi, bahkan tanpa mengizinkan saya untuk beradaptasi.
Ya, hati saya terbuka lebar, saya kehilangan si anak kunci, dan bahkan gemboknya sendiri sudah entah berada dimana. Saya hanya bisa diam, membiarkannya terbuka sampai entah kapan. Mungkin sampai ada orang yang menemukan si anak kunci lalu mengembalikannya kepada saya, mungkin sampai saya menyerah dan akhirnya menutup kembali hati saya dengan papan yang dipaku, ditutup permanen -sampai mungkin nantinya pun akan kembali jebol-, karena gembok ternyata mudah dibuka dan saya benci jika harus kecolongan tanpa pemberitahuan seperti ini lagi.
Hati saya terbuka lebar, jadi silahkan saja anda -siapapun anda- keluar masuk semaunya. Tapi berhati-hatilah, hati saya adalah barang pecah-belah yang rapuh dan akan sangat sulit menyatukan kembali serpihan-serpihannya.
Sabtu dini hari, 24 Juli 2010
Thursday, July 8, 2010
Juang Bujang
Postingan yang saya dedikasikan untuk Idham Saputra. *request sih minta di bikinin postingan di blog, aneh banget :p* Dan karena saya sedang amat sangat tidak kreatif maka inilah sedikit -katakan saja- wejangan untuk teman saya yang sering kali mengaku tampan, yang mana belakangan ini sering saya jadikan tempat curhat tidak jelas.
===oo0oo===
===oo0oo===
Ini fotonya Idham, sengaja di beginiin biar makin keluar aura tampannya :p
===oo0oo===
"...Anak orang kaya, kaya bukan karena orang tuanya yang kaya. Anak orang miskin, miskin bukan karena orang tuanya yang miskin." (Angkasa Yudistira - Juang Bujang)
===oo0oo===
Ini fotonya Idham, sengaja di beginiin biar makin keluar aura tampannya :p
Tuesday, June 22, 2010
Ceracau Monolog
Eh, tau enggak? Saya kepingin curhat, boleh?
Ya harus boleh lah, ini kan blog saya, hehe.
Terus kalo dibaca orang gimana?
Ya gapapa sih, ini kan blog, namanya orang bikin blog dan nulis di blog pasti supaya dibaca sama orang lain.
Nah, kalo orang yang jadi objek curhatan yang baca gimana?
Ah, pasrah aja lah, mau curhat aja ribet banget sih, harus banyak pertimbangan begini.
Yaudah, emang mau curhat apa sih?
Nah, gitu dong dari tadi, hehe.
Kata bang haji Pidi Baiq "enggak bisa tidur karena senang, itu lebih baik, daripada karena ruwet".
Hah? Maksudnya? Mau curhat apaan sih, kok bawa-bawa Pidi Baiq segala?
Ya itu, saya semalem enggak bisa tidur, tapi (kayaknya) karena lagi seneng, masih belom pasti senengnya sejak kapan, mungkin Sabtu, mungkin Minggu, mungkin Jumat atau mungkin sejak berbulan-bulan yang lalu.
Lah, emangnya seneng gara-gara apa, kok enggak tau kapan mulainya? aneh ih! :p
Iya, saya lagi seneng, kesemsem, enggak tau deh itu namanya apa, tapi yang pasti bikin saya enggak konsen ngapa-ngapain.
Wah, kesenangan negatif ya?
Eh, jangan nuduh sembarangan dong, saya kan anak baik-baik, masa gak percaya sih kalo saya anak baik-baik.
Terus kenapa jadi enggak bisa konsen begitu?
Iya, soalnya pikiran saya fokus sama yang ini nih:
Emang dia siapa?
Adalah pokoknya, kok malah jadi kepengen tau banget gitu sih, pokoknya mah dia aja, haha.
Tadi katanya mau curhat, kok curhatnya cuma setengah-setengah.
Terserah aja dong, ini kan blog saya, mau curhat full version kek, mau curhat half version kek, hehe :p
Udah ya, saya mau lanjut kerja, itu juga kalo konsen, kalo enggak konsen juga ya ngapain kek :D
Menteng di siang bolong kurang kerjaan padahal lagi ada di kantor, Juni 2010
Ya harus boleh lah, ini kan blog saya, hehe.
Terus kalo dibaca orang gimana?
Ya gapapa sih, ini kan blog, namanya orang bikin blog dan nulis di blog pasti supaya dibaca sama orang lain.
Nah, kalo orang yang jadi objek curhatan yang baca gimana?
Ah, pasrah aja lah, mau curhat aja ribet banget sih, harus banyak pertimbangan begini.
Yaudah, emang mau curhat apa sih?
Nah, gitu dong dari tadi, hehe.
Kata bang haji Pidi Baiq "enggak bisa tidur karena senang, itu lebih baik, daripada karena ruwet".
Hah? Maksudnya? Mau curhat apaan sih, kok bawa-bawa Pidi Baiq segala?
Ya itu, saya semalem enggak bisa tidur, tapi (kayaknya) karena lagi seneng, masih belom pasti senengnya sejak kapan, mungkin Sabtu, mungkin Minggu, mungkin Jumat atau mungkin sejak berbulan-bulan yang lalu.
Lah, emangnya seneng gara-gara apa, kok enggak tau kapan mulainya? aneh ih! :p
Iya, saya lagi seneng, kesemsem, enggak tau deh itu namanya apa, tapi yang pasti bikin saya enggak konsen ngapa-ngapain.
Wah, kesenangan negatif ya?
Eh, jangan nuduh sembarangan dong, saya kan anak baik-baik, masa gak percaya sih kalo saya anak baik-baik.
Terus kenapa jadi enggak bisa konsen begitu?
Iya, soalnya pikiran saya fokus sama yang ini nih:
Emang dia siapa?
Adalah pokoknya, kok malah jadi kepengen tau banget gitu sih, pokoknya mah dia aja, haha.
Tadi katanya mau curhat, kok curhatnya cuma setengah-setengah.
Terserah aja dong, ini kan blog saya, mau curhat full version kek, mau curhat half version kek, hehe :p
Udah ya, saya mau lanjut kerja, itu juga kalo konsen, kalo enggak konsen juga ya ngapain kek :D
Menteng di siang bolong kurang kerjaan padahal lagi ada di kantor, Juni 2010
Labels:
just a
Monday, May 3, 2010
antrian mimpi
Wednesday, April 28, 2010
Wednesday, April 21, 2010
21 April 2010
Jika sekarang kalian bangga karena sedari kecil sudah pandai berbahasa asing, punya ratusan bahkan ribuan teman di Facebook, mempunyai blog yang sering dikunjungi dan di komentari oleh teman-teman anda ,maka jangan dulu bangga. Karena Kartini sejak usia 12 tahun sudah pandai berbahasa Belanda, sejak usia 20 tahun sudah rajin menulis surat kepada sahabatnya di Belanda dan surat-suratnya itu dibaca oleh wanita-wanita di Belanda. Kartini dengan segala keterbatasannya berjuang agar wanita mendapatkan pendidikan yang setara dengan pria. Dan beliau memperjuangkan semua itu padahal belum juga menginjak tahun 1900, tanpa komputer, tanpa telefon, tanpa ponsel, tanpa sambungan internet.
Selamat hari Kartini untuk seluruh perempuan Indonesia dengan segala problematikanya.
Tuesday, March 2, 2010
Indonesia (saat ini)
Pukul 14.05 tepat saat ini, dan saya miris menyaksikan, mendenger, melihat berbagai pemberitaan tentang apa yang sedang terjadi di Indonesia, di Jakarta, di luar dan di dalam gedung para dewan yang -katanya- terhormat.
Saya mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi tapi tak jua berhasil. Entah karena saya yang terlalu bodoh. Entah mereka-mereka yang -katanya- terhormat itu terlalu pintar. Entah para pemuda (baca: Mahasiswa) itu terlalu berani mati -konyol-. Entahlah. Yang pasti saat ini di Indonesia, di Jakarta, di luar dan di dalam gedung para dewan yang -katanya- terhormat itu terjadi sesuatu yang tidak terhormat.
Lalu saya teringat sebuah kutipan dari buku yang baru saja selesai saya baca:
"Antara mahasiswa 1960-an dan generasi setelahnya ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya, mahasiswa tetap menjadi kekuatan moral politik yang amat kuat. Mahasiswa begitu di elu-elukan saat terjadinya gerakan, namun dicampak setelah gerakan itu berhasil menumbangkan rezim yang tiran. Persamaan lainnya, tidak sedikit mantan mahasiswa yang kemudian terjun ke politik praktis mendulang nikmatnya kekuasaan. Perbedaannya, para aktivis mahasiswa masa lalu mendasarkan aktivitasnya dari bacaan-bacaan yang amat kaya, sedangkan mahasiswa pasca 1970-an lebih mendasarkan pergerakannya pada gegap langkah yang kadang miskin akan ide untuk memberi arah bagi Indonesia masa depan" (Ikrar Nusa Bhakti; Soe Hok Gie - Sekali lagi.., hal. 316)
Kemudian saya jadi terkekeh sendiri, membayangkan dahulu para pendemo dan yang didemo itu sama pintarnya sedangkan sekarang pendemo dan yang didemo sama-sama bodohnya, sama-sama tidak bermoralnya. Miris.
Ah, sudahlah, lama-lama pusing juga saya memikirkannya. Toh apapun yang terjadi dengan Indonesia, saya sudah terlanjur mencintai negara ini. Mencintainya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan sampai kapankkun saya akan tetap bangga lahir dan besar di 6 LU - 11 LS, 95 BT - 141BT = INDONESIA.
Untuk mengakhiri tulisan -ngawur- saya ini, ijinkan saya menyalin sebuah puisi dari Soe Hok Gie, seorang yang amat sangat saya idolakan -semoga bukan merupakan kultus individu-.
Saya mimpi tentang sebuah dunia,
Di mana ulama - buruh dan pemuda,
Bangkit dan berkata - Stop semua kemunafikan,
Stop semua pembunuhan atas nama apa pun.
Dan para politisi di PBB,
Sibuk mengatur pengangkutan gandum, susu dan beras,
Buat anak-anak yang lapar di tiga benua,
Dan lupa akan diplomasi.
Tak ada lagi rasa benci pada siapa pun,
Agama apa pun, ras apa pun, dan bangsa apa pun,
Dan melupakan perang dan kebencian,
Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Tuhan - Saya mimpi tentang dunia tadi,
Yang tak pernah akan datang.
Soe Hoek Gie - 29 Oktober 1968 (CSD, terbitan LP3ES)
Saya mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi tapi tak jua berhasil. Entah karena saya yang terlalu bodoh. Entah mereka-mereka yang -katanya- terhormat itu terlalu pintar. Entah para pemuda (baca: Mahasiswa) itu terlalu berani mati -konyol-. Entahlah. Yang pasti saat ini di Indonesia, di Jakarta, di luar dan di dalam gedung para dewan yang -katanya- terhormat itu terjadi sesuatu yang tidak terhormat.
Lalu saya teringat sebuah kutipan dari buku yang baru saja selesai saya baca:
"Antara mahasiswa 1960-an dan generasi setelahnya ada persamaan dan perbedaan. Persamaannya, mahasiswa tetap menjadi kekuatan moral politik yang amat kuat. Mahasiswa begitu di elu-elukan saat terjadinya gerakan, namun dicampak setelah gerakan itu berhasil menumbangkan rezim yang tiran. Persamaan lainnya, tidak sedikit mantan mahasiswa yang kemudian terjun ke politik praktis mendulang nikmatnya kekuasaan. Perbedaannya, para aktivis mahasiswa masa lalu mendasarkan aktivitasnya dari bacaan-bacaan yang amat kaya, sedangkan mahasiswa pasca 1970-an lebih mendasarkan pergerakannya pada gegap langkah yang kadang miskin akan ide untuk memberi arah bagi Indonesia masa depan" (Ikrar Nusa Bhakti; Soe Hok Gie - Sekali lagi.., hal. 316)
Kemudian saya jadi terkekeh sendiri, membayangkan dahulu para pendemo dan yang didemo itu sama pintarnya sedangkan sekarang pendemo dan yang didemo sama-sama bodohnya, sama-sama tidak bermoralnya. Miris.
Ah, sudahlah, lama-lama pusing juga saya memikirkannya. Toh apapun yang terjadi dengan Indonesia, saya sudah terlanjur mencintai negara ini. Mencintainya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dan sampai kapankkun saya akan tetap bangga lahir dan besar di 6 LU - 11 LS, 95 BT - 141BT = INDONESIA.
Untuk mengakhiri tulisan -ngawur- saya ini, ijinkan saya menyalin sebuah puisi dari Soe Hok Gie, seorang yang amat sangat saya idolakan -semoga bukan merupakan kultus individu-.
Saya mimpi tentang sebuah dunia,
Di mana ulama - buruh dan pemuda,
Bangkit dan berkata - Stop semua kemunafikan,
Stop semua pembunuhan atas nama apa pun.
Dan para politisi di PBB,
Sibuk mengatur pengangkutan gandum, susu dan beras,
Buat anak-anak yang lapar di tiga benua,
Dan lupa akan diplomasi.
Tak ada lagi rasa benci pada siapa pun,
Agama apa pun, ras apa pun, dan bangsa apa pun,
Dan melupakan perang dan kebencian,
Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Tuhan - Saya mimpi tentang dunia tadi,
Yang tak pernah akan datang.
Soe Hoek Gie - 29 Oktober 1968 (CSD, terbitan LP3ES)
Sunday, February 28, 2010
... tentang komitmen.

Pagi ini saya bangun agak lebih siang dari biasanya, maklumlah ini hari libur, dan otak saya akan secara otomatis memerintahkan saya untuk tidur lebih lama. Sekitar pukul 7, Ibu saya dari luar kamar berteriak "mbak, itu anak-anaknya pada di depan rumah", lalu saya dengan setengah sadar antara tidur dan terjaga menjawab dengan sekenanya "suruh pulang aja deh, bu, kan kemaren juga udah dibilangin kalo belajarnya bulan depan lagi"
Ya, yang Ibu saya maksudkan dengan anak-anak adalah anak-anak kecil tetangga sekitar yang pada Jum'at lalu saya undang untuk belajar dan bermain dirumah karena saya bersama beberapa teman berniat membuka semacam taman bacaan yang kami beri nama OMAH SINAU (OSIN). Dan saya bersama teman-teman memang sudah sepakat untuk mengadakan dengan tempo 2 (dua) mingguan.
Tidak tahan dengan teriakan Ibu saya yang tidak berhenti mengoceh perihal anak-anak itu, akhirnya pukul 7.30 saya keluar dari kamar. Niatnya hanya untuk membubarkan kerumunan anak-anak kecil itu, memberikan penjelasan kepada mereka bahwa OSIN tidak memungkinkan diadakan setiap hari minggu. Tapi yang saya lakukan malahan menyalakan televisi untuk menyaksikan siaran berita pagi di salah satu tv swasta.
Entah karena Ibu saya lelah berteriak-teriak atau karena jarak duduk kami yang berdekatan, kemudian ibu saya berkata dengan suara lirih "kalau mau ngerjain sesuatu tuh harus komit, mbak, harus ngerelain waktu, tenaga, atau bahkan uangnya kesita untuk hal itu. Kalau kamu masih mikirin diri sendiri, masih gak rela kehilangan waktu liburan, masih mau main-main, ya jangan mulai dulu. Kegiatan yang sifatnya sosial itu ya memang begitu. Harusnya kamu seneng dong karena anak-anaknya antusias, anak-anaknya mau dateng pagi-pagi. Itu artinya mereka seneng sama apa yang kamu perbuat. Bukannya memang itu tujuannya (?)"
Saya hanya bisa diam sambil membenarkan segala ucapan yang keluar dari mulut Ibu saya. Kemudian sejenak saya membayangkan betapa dahulu saya memimpikan bermain dengan banyak anak-anak, mengajarkan mereka membaca dan membacakan dongeng. Lalu saya bertanya pada diri, kenapa sekarang saya menjadi merasa keberatan, bukankan ini semua mimpi saya dan saat inilah mimpi itu terwujud?
Seharusnya saya bersemangat mendengar suara anak-anak di depan rumah saya itu, seharusnya saya dengan senang hati mempersilahkan mereka masuk rumah ketika mereka bertanya "mbak, hari ini kita belajar lagi nggak?", seharusnya saya dengan senyum sumringah menyambut mereka di depan rumah sedari pagi dan bukannya mereka yang menunggu saya bangun tidur dan terlebih dahulu di "ceramahi" Ibu saya kemudian barulah saya beranjak mandi dan melakukan semua hal yang seharusnya saya lakukan tadi.
Dan hari ini saya belajar tentang komitmen [lagi-lagi] dari seorang wanita yang melahirkan saya, yang saya kagumi namun tidak jarang saya tentang pemikirannya karena saya anggap kolot. Ibu saya yang bahkan tidak lulus Sekolah Dasar itu justru memiliki kepekaan jauh lebih tinggi, memiliki kepintaran yang jauh luar biasa daripada saya yang bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi pun karena dia.
Terima kasih tak hingga untuk Ibu saya tercinta, dan juga untuk bocah-bocah OSIN yang sudah berisik di depan pintu rumah pagi-pagi, saya tunggu kalian "berisik" lagi minggu depan. :)
Wednesday, February 3, 2010
mobil barunya, pak??

Selamat menikmati mobil baru kalian
Semoga mobil baru ini bisa meningkatkan kinerja kalian
Semoga... (?)
Sedikit mengingatkan (dengan segala kerendahan hati tentunya)
Bahwa mobil ini dibeli dari pajak rakyat (maka jangan bangga)
Bahwa rakyat yang membayar pajak bahkan masih harus berdesak-desakan di atas kopaja (maka jangan sombong)
Bahwa rakyat harus melimpir kepinggir jalan setiap kali mobil baru nan mewah yang bapak tumpangi itu lewat (maka jangan arogan)
Dan yang perlu bapak ketahui dan sadari
Bahwa harga mobil yang bapak tumpangi dengan segala kenyamanannya itu cukup untuk membiayai pembangunan dua sampai tiga sekolah di daerah terpencil demi kemajuan anak bangsa
Tidakkah seharusnya bapak malu dengan segala kebanggaan, kesombongan dan arogansi itu
Sementara diluar sana banyak anak-anak yang harus dibelajar di tenda-tenda darurat karena sekolahnya yang rusak akibat bencana alam tidak kunjung diperbaiki (???)
Saya (yang tentu saja bukan siapa-siapa) tidak hendak menghujat, menuduh, apalagi menghakimi bapak-bapak sekalian...
Saya hanya ingin mengucapkan selamat...
Selamat menikmati jerih payah kami...
[Jakarta, 29 Desember 2009]
Subscribe to:
Posts (Atom)