Sunday, February 28, 2010

... tentang komitmen.


Pagi ini saya bangun agak lebih siang dari biasanya, maklumlah ini hari libur, dan otak saya akan secara otomatis memerintahkan saya untuk tidur lebih lama. Sekitar pukul 7, Ibu saya dari luar kamar berteriak "mbak, itu anak-anaknya pada di depan rumah", lalu saya dengan setengah sadar antara tidur dan terjaga menjawab dengan sekenanya "suruh pulang aja deh, bu, kan kemaren juga udah dibilangin kalo belajarnya bulan depan lagi"

Ya, yang Ibu saya maksudkan dengan anak-anak adalah anak-anak kecil tetangga sekitar yang pada Jum'at lalu saya undang untuk belajar dan bermain dirumah karena saya bersama beberapa teman berniat membuka semacam taman bacaan yang kami beri nama OMAH SINAU (OSIN). Dan saya bersama teman-teman memang sudah sepakat untuk mengadakan dengan tempo 2 (dua) mingguan.

Tidak tahan dengan teriakan Ibu saya yang tidak berhenti mengoceh perihal anak-anak itu, akhirnya pukul 7.30 saya keluar dari kamar. Niatnya hanya untuk membubarkan kerumunan anak-anak kecil itu, memberikan penjelasan kepada mereka bahwa OSIN tidak memungkinkan diadakan setiap hari minggu. Tapi yang saya lakukan malahan menyalakan televisi untuk menyaksikan siaran berita pagi di salah satu tv swasta.

Entah karena Ibu saya lelah berteriak-teriak atau karena jarak duduk kami yang berdekatan, kemudian ibu saya berkata dengan suara lirih "kalau mau ngerjain sesuatu tuh harus komit, mbak, harus ngerelain waktu, tenaga, atau bahkan uangnya kesita untuk hal itu. Kalau kamu masih mikirin diri sendiri, masih gak rela kehilangan waktu liburan, masih mau main-main, ya jangan mulai dulu. Kegiatan yang sifatnya sosial itu ya memang begitu. Harusnya kamu seneng dong karena anak-anaknya antusias, anak-anaknya mau dateng pagi-pagi. Itu artinya mereka seneng sama apa yang kamu perbuat. Bukannya memang itu tujuannya (?)"

Saya hanya bisa diam sambil membenarkan segala ucapan yang keluar dari mulut Ibu saya. Kemudian sejenak saya membayangkan betapa dahulu saya memimpikan bermain dengan banyak anak-anak, mengajarkan mereka membaca dan membacakan dongeng. Lalu saya bertanya pada diri, kenapa sekarang saya menjadi merasa keberatan, bukankan ini semua mimpi saya dan saat inilah mimpi itu terwujud?

Seharusnya saya bersemangat mendengar suara anak-anak di depan rumah saya itu, seharusnya saya dengan senang hati mempersilahkan mereka masuk rumah ketika mereka bertanya "mbak, hari ini kita belajar lagi nggak?", seharusnya saya dengan senyum sumringah menyambut mereka di depan rumah sedari pagi dan bukannya mereka yang menunggu saya bangun tidur dan terlebih dahulu di "ceramahi" Ibu saya kemudian barulah saya beranjak mandi dan melakukan semua hal yang seharusnya saya lakukan tadi.

Dan hari ini saya belajar tentang komitmen [lagi-lagi] dari seorang wanita yang melahirkan saya, yang saya kagumi namun tidak jarang saya tentang pemikirannya karena saya anggap kolot. Ibu saya yang bahkan tidak lulus Sekolah Dasar itu justru memiliki kepekaan jauh lebih tinggi, memiliki kepintaran yang jauh luar biasa daripada saya yang bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi pun karena dia.

Terima kasih tak hingga untuk Ibu saya tercinta, dan juga untuk bocah-bocah OSIN yang sudah berisik di depan pintu rumah pagi-pagi, saya tunggu kalian "berisik" lagi minggu depan. :)

Wednesday, February 3, 2010

mobil barunya, pak??

Selamat pagi hai para petinggi negeri ini
Selamat menikmati mobil baru kalian
Semoga mobil baru ini bisa meningkatkan kinerja kalian
Semoga... (?)

Sedikit mengingatkan (dengan segala kerendahan hati tentunya)
Bahwa mobil ini dibeli dari pajak rakyat (maka jangan bangga)
Bahwa rakyat yang membayar pajak bahkan masih harus berdesak-desakan di atas kopaja (maka jangan sombong)
Bahwa rakyat harus melimpir kepinggir jalan setiap kali mobil baru nan mewah yang bapak tumpangi itu lewat (maka jangan arogan)

Dan yang perlu bapak ketahui dan sadari
Bahwa harga mobil yang bapak tumpangi dengan segala kenyamanannya itu cukup untuk membiayai pembangunan dua sampai tiga sekolah di daerah terpencil demi kemajuan anak bangsa
Tidakkah seharusnya bapak malu dengan segala kebanggaan, kesombongan dan arogansi itu
Sementara diluar sana banyak anak-anak yang harus dibelajar di tenda-tenda darurat karena sekolahnya yang rusak akibat bencana alam tidak kunjung diperbaiki (???)

Saya (yang tentu saja bukan siapa-siapa) tidak hendak menghujat, menuduh, apalagi menghakimi bapak-bapak sekalian...
Saya hanya ingin mengucapkan selamat...
Selamat menikmati jerih payah kami...


[Jakarta, 29 Desember 2009]

Sunday, February 28, 2010

... tentang komitmen.


Pagi ini saya bangun agak lebih siang dari biasanya, maklumlah ini hari libur, dan otak saya akan secara otomatis memerintahkan saya untuk tidur lebih lama. Sekitar pukul 7, Ibu saya dari luar kamar berteriak "mbak, itu anak-anaknya pada di depan rumah", lalu saya dengan setengah sadar antara tidur dan terjaga menjawab dengan sekenanya "suruh pulang aja deh, bu, kan kemaren juga udah dibilangin kalo belajarnya bulan depan lagi"

Ya, yang Ibu saya maksudkan dengan anak-anak adalah anak-anak kecil tetangga sekitar yang pada Jum'at lalu saya undang untuk belajar dan bermain dirumah karena saya bersama beberapa teman berniat membuka semacam taman bacaan yang kami beri nama OMAH SINAU (OSIN). Dan saya bersama teman-teman memang sudah sepakat untuk mengadakan dengan tempo 2 (dua) mingguan.

Tidak tahan dengan teriakan Ibu saya yang tidak berhenti mengoceh perihal anak-anak itu, akhirnya pukul 7.30 saya keluar dari kamar. Niatnya hanya untuk membubarkan kerumunan anak-anak kecil itu, memberikan penjelasan kepada mereka bahwa OSIN tidak memungkinkan diadakan setiap hari minggu. Tapi yang saya lakukan malahan menyalakan televisi untuk menyaksikan siaran berita pagi di salah satu tv swasta.

Entah karena Ibu saya lelah berteriak-teriak atau karena jarak duduk kami yang berdekatan, kemudian ibu saya berkata dengan suara lirih "kalau mau ngerjain sesuatu tuh harus komit, mbak, harus ngerelain waktu, tenaga, atau bahkan uangnya kesita untuk hal itu. Kalau kamu masih mikirin diri sendiri, masih gak rela kehilangan waktu liburan, masih mau main-main, ya jangan mulai dulu. Kegiatan yang sifatnya sosial itu ya memang begitu. Harusnya kamu seneng dong karena anak-anaknya antusias, anak-anaknya mau dateng pagi-pagi. Itu artinya mereka seneng sama apa yang kamu perbuat. Bukannya memang itu tujuannya (?)"

Saya hanya bisa diam sambil membenarkan segala ucapan yang keluar dari mulut Ibu saya. Kemudian sejenak saya membayangkan betapa dahulu saya memimpikan bermain dengan banyak anak-anak, mengajarkan mereka membaca dan membacakan dongeng. Lalu saya bertanya pada diri, kenapa sekarang saya menjadi merasa keberatan, bukankan ini semua mimpi saya dan saat inilah mimpi itu terwujud?

Seharusnya saya bersemangat mendengar suara anak-anak di depan rumah saya itu, seharusnya saya dengan senang hati mempersilahkan mereka masuk rumah ketika mereka bertanya "mbak, hari ini kita belajar lagi nggak?", seharusnya saya dengan senyum sumringah menyambut mereka di depan rumah sedari pagi dan bukannya mereka yang menunggu saya bangun tidur dan terlebih dahulu di "ceramahi" Ibu saya kemudian barulah saya beranjak mandi dan melakukan semua hal yang seharusnya saya lakukan tadi.

Dan hari ini saya belajar tentang komitmen [lagi-lagi] dari seorang wanita yang melahirkan saya, yang saya kagumi namun tidak jarang saya tentang pemikirannya karena saya anggap kolot. Ibu saya yang bahkan tidak lulus Sekolah Dasar itu justru memiliki kepekaan jauh lebih tinggi, memiliki kepintaran yang jauh luar biasa daripada saya yang bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi pun karena dia.

Terima kasih tak hingga untuk Ibu saya tercinta, dan juga untuk bocah-bocah OSIN yang sudah berisik di depan pintu rumah pagi-pagi, saya tunggu kalian "berisik" lagi minggu depan. :)

Wednesday, February 3, 2010

mobil barunya, pak??

Selamat pagi hai para petinggi negeri ini
Selamat menikmati mobil baru kalian
Semoga mobil baru ini bisa meningkatkan kinerja kalian
Semoga... (?)

Sedikit mengingatkan (dengan segala kerendahan hati tentunya)
Bahwa mobil ini dibeli dari pajak rakyat (maka jangan bangga)
Bahwa rakyat yang membayar pajak bahkan masih harus berdesak-desakan di atas kopaja (maka jangan sombong)
Bahwa rakyat harus melimpir kepinggir jalan setiap kali mobil baru nan mewah yang bapak tumpangi itu lewat (maka jangan arogan)

Dan yang perlu bapak ketahui dan sadari
Bahwa harga mobil yang bapak tumpangi dengan segala kenyamanannya itu cukup untuk membiayai pembangunan dua sampai tiga sekolah di daerah terpencil demi kemajuan anak bangsa
Tidakkah seharusnya bapak malu dengan segala kebanggaan, kesombongan dan arogansi itu
Sementara diluar sana banyak anak-anak yang harus dibelajar di tenda-tenda darurat karena sekolahnya yang rusak akibat bencana alam tidak kunjung diperbaiki (???)

Saya (yang tentu saja bukan siapa-siapa) tidak hendak menghujat, menuduh, apalagi menghakimi bapak-bapak sekalian...
Saya hanya ingin mengucapkan selamat...
Selamat menikmati jerih payah kami...


[Jakarta, 29 Desember 2009]
 

Blogger news

Blogroll

About